KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin,
puji syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan
hidayah -Nya
Kelompok dapat menyelesaikan makalah “Kemajemukan Masyarakat di Kepulauan Riau”
ini.
Selain
bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, makalah ini juga disusun dengan maksud agar
kami selaku mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan. Dalam penulisan
makalah ini Kelompok mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini, terutama kepada orang tua yang selalu memberi
semangat serta dosen yang tak letih memberikan arahan dan bimbingan kepada kami
selaku mahasiswa.
Secara khusus Kelompok menyampaikan
terima kasih juga kepada rekan-rekan sesama kelompok.
Penulis berharap semoga
Allah SWT memberikan balasan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan
bantuan. Dalam penulisan makalah ini Kelompok kami masih mempunyai banyak
kekurangan baik dalam teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.
![]() |
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Pernahkah anda perhatikan keadaan
masyarakat Indonesia ? bengsa yang tersebar dari sabang sampai merauke ini,
terdiri dari bermacam suku bangsa, budaya, ras dan agama. Disebut juga
masyarakat majemuk atau multikultur. Kondisi masyarakat seperti ini jika
berjalan serasi dan harmonis akan menciptakan integrasi sosial. Jika tidak,
terjadilah di sintegrasi sosial atau konflik sosial. Pengaruh kemajemukan
masyarakat yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan konflik sosial
adalah munculnya sikap primordial (primordialisme) yang berlebihan dan
stereotip etnik. Indonesia dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari
sisi etnisitas maupun budaya serta agama dan kepercayaannya. Kemajemukan juga
menjangkau pada tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta
kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi
masyarakat Indonesia. Meski demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat
itu juga bersifat dilematis dalam rangka penggalian, pengelolaan, serta pengembangan
potensi bagi bangsa Indonesia menapaki jenjang masa depannya.
Nah disini kami akan membahas
Kemajemukan masyarakat Kepulauan Riau yang banyak perbedaan dari suku, agama,
ras dan budaya yang bermacam-macam, terlebih lagi banyaknya pendatang yang
membawa budaya dan sukunya masing-masing maka semakin beragam kebudyaan yang ada dikepulauan riau ini dan dapat
berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama.
Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tidak dapat dikelola dengan baik, maka
akan menyuburkan berbagai prasangka negative antar individu dan kelompok
masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.
Rumusan
Masalah
Berawal dari latar belakang
tersebut, kami mencoba menyampaikan permasalahan antara lain :
1. Bagaimana
kemajemukan masyarakat Kepulauan Riau.
2. Factor
– factor apa saja yang menyebabkan kemajemukan di Kepulauan Riau.
3. Konflik
seperti apa yang mungkin terjadi bila kemajemukan terpecah dan
4. Apa
solusi jika kemajemukan terpecah belah.
Tujuan
Tujuan makalah ini guna menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis dan memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Sosial Budaya Indonesia tentang kemajemukan masyarakat di Kepulauan
Riau.
Metode dan prosedur yang digunakan
penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan pengumpulan
informasi-informasi data mengenai kemajemukan masyarakat khususnya di Kepulauan
Riau dari beberapa buku dan browsing di Internet.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk
pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India:A
Study Of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat
Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu
dalam satu kesatuan sosial politik, kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukan
oleh struktur masyarakatnya yang unik, keaneka ragaman dalam berbagai hal.
2.1 Kemajemukan
Masyarakat di Kepulauan Riau
Teman-teman disini kami sedikit
menjelaskan bahwa keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam – macam
ataupun berjenis – jenis seperti halnya binatang atau tumbuhan. Manusia sebagai
mahkluk Tuhan yang paling sempurna yang tetaplah berjenis satu, disini
keragaman manusialah yang dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah mahkluk individu yang setiap individu
memiliki cirri khasnya tersendiri.
Kemajemukan asal katanya majemuk
yang berarti atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan, sedangkan
kemajemukan berarti keanekaragaman agama, ras dan etnik. Kemajemukan agama
dalah hal yang tidak bisa dihindari terutama di Indonesia dan untuk menjaga
hubungan yang harmonis, setiap orang harus saling menghormati. Di makalah ini
kami akan sedikit bercerita tentang kemajemukan yang ada di Provinsi Kepulauan
Riau, Kepulauan Riau selain letak geografisnya yang sangat strategis karena
berada pada pintu masuk selat malaka dari sebelah timur juga berbatasan dengan
pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni singapura. Disamping itu
provinsi ini juga berbatasan langsung dengan Malaysia. Dengan motto berpancang
amanah, bersauh marwah, provinsi kepulauan riau bertekad membangun daerahnya
menjadi salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai budaya melayu yang didukung oleh masyarakat yang
sejahtera, cerdas, dan berahklak mulia.
Kepulauan Riau terdiri dari beberapa
kota yaitu kota bintan, tanjung balai karimun, tarempa, daik, ranai, batam dan
kota tanjungpinang, dibeberapa kota ini terdapat beberapa perbedaan yang kita
kenal dengan kemajemukan, seperti dari akar katanya majemuk yang berarti
banyak, maka kemajemukan adalah segala sesuatu yang memiliki sifat beragam,
bervariasi, bermacam-macam ataupun berbeda. sebagai contoh kita dapat melihat
konteks Indonesia yang sangat majemuk dan kata kemajemukan identik dengan
keberagaman agama. Sebenarnya kata atau lebih tepatnya istilah kemajemukan
bukan hanya berfungsi untuk menggambarkan konteks agama yang beragam/berbeda,
melainkah lebih dari itu. kemajemukan juga berlaku bagi kehidupan pendidikan,
status sosial, suku, ras, etnis, bahkan gender. Di Kepulauan Riau sendiri
banyak sekali perbedaan/kemajemukan, perbedaan itu antara lain :
1. Agama
(Islam, kristen katolik, protestan, budha, konghucu, hindu)
2. Ras
dan
3. Keragaman
suku
Masyarakat yang mejemuk merupakan
keistimewaan tersendiri untuk suatu bangsa dikarenakan keanekaragaman
kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman ideology bertindak, berfikir
dan bersosial budaya. Masyarakat yang mejemuk atau multi tehknik memiliki pola
fikir yang berbeda dikarenakan karakter prinsip sosial budaya mereka yang
berbeda. menurut Furnivall, masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang sangat
sulit untuk berintegrasi, karena masyarakat majemuk sadar bahwa setiap kelompok
memiliki perbedaan satu dengan yang lain.

Keluarga Bhineka Tunggal Ika di
Tanjungpinang. gambar diatas menunjukan bahwa perbedaan tidak menghalangi tali
persaudaraan diantara mereka – “pelukan
hangat” Tanjungpinang pos berada dirumah alm Sudik Berlian Poly di jalan karet
No.1 Tanjungpinang. agama, suku, dan rasa yang berbeda tidak jadi jurang
pemisah dalam satu keluarga.
Maka dari itu teman – teman sangat
penting menjaga kerukunan selain kita dipandang positif oleh orang-orang yang
ada dilingkungan kita, kita juga lebih banyak teman dan itu sangat mengasyikkan
bukan ? terlebih lagi kita hidup didunia ini tidak sendiri, kita hidup saling
berdampingan. Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini di dalam suatu lingkungan.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki beragam agama. Tak hanya masalah
adat – istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.
Walaupun mayoritas penduduk
Indonesia khususya kepulauan riau memeluk agama islam, ada beberapa agama lain
yang juga dianut penduduk ini. Kristen, khatolik, hindu dan budha adalah contoh
agama yang juga banyak dipeluk oleh masyarakat di Kepulauan Riau.
2.2 Kebijakan Pemerintah
di Kepulauan Riau
Pemerintah sendiri telah menyadari
resistensi konflik antar umat beragama. Berbagai kebijakan pemerintah telah
diterbitkan untuk memperbaiki keadaan. Berbagai rambu peraturan telah disahkan
agar meminimalisir bentrokan kepentingan antar umat beragama.
Seluruh
peraturan pemerintah yang membahas tentang kerukunan hidup antar umat beragama
mencakup empat (4) masalah pokok masalah, yakni sebagai berikut :
1. Pendirian
Rumah Ibadah
2. Penyiaran
Agama
3. Bantuan
ke Agamaan dari luar Negeri
4. Tenaga
Asing Bidang Keagamaan
Banyak
hal yang bisa dilakukan untuk menunjukan sikap toleransi. Hal ini sangat
penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia.
·
Selalu siap membantu sesama. Jangan
melakukan diskriminatif terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan
bantuan.
·
Selalu jaga rasa hormat pada orang lain
tanpa memandang agama apa yang mereka anut.
Factor
yang menyebabkan kemjemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Keadaan
geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima
pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan
penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi
kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku
jenis tersendiri.
b) Letak
Indonesia diantara samudra Indonesia dan samudra pasifik serta diantara benua
asia dan Australia, maka Indonesia berada ditengah tengah lalu lintas
perdagangan, hal ini mempengaruhi pluralitas/kemajemukan agama.
c) Iklim
yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan nusantara ini
merupakan factor yang menciptakan kemajemukan regional. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa kemajemukan Indonesia tampak pada perbedaan warga msyarakat
horizontal yang terdiri atas berbagai ras, suku, agama, adat, bangsa dan
perbedaan kedaerahan.
2.3 Konflik Yang Akan
Timbul Akibat Keanekaragaman
Sebagaimana telah dijelaskan di atas
bahwa keragaman suku bangsa yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan
bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia
memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun disisi lain realitas keanekaragaman
di Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku,
agama, ras dan adat). Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku
bangsa diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan
bangsa. Konflik – konflik yang akan terjadi di kita umumya muncul sebagai
akibat keanekaragman etnis, ras, agama dan adat, seperti halnya konflik konflik
antar etnis yang tejadi dikalimantan barat, Sulawesi tengah, papua dan lain –
lain. Di Kalimantan barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan
hukum terhadap suku asli dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang
mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal.
Masyarakat dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan –
kebijakan yang diskriminatif.
Sementara pengakan hukum terhadap
salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bayangkan saja
teman-teman jika kemajemukan yang ada di Indonesia ini terpecah belah ? mau
jadi seperti apa Negeri ini ? kita lihat seperti halnya perang rohingya perang
antar agama, baru-baru ini tempo.com,
yangoon mengabarkan bentrokan bersenjata terjadi di Negara bagian Rakhine,
Myanmar, sepanjang akhir pekan lalu. Sekitar 30 pembentrok muslim rohingnya
tewas selama pertempuran dua hari dengan militer Myanmar. Wilayah utara Rakhine
merupakan kawasan permukiman minoritas muslim rohingnya yang berbatasan dengan
Bangladesh. Kawasan ini menjadi target operasi militer Myanmar, sejak terjadi
serangan di pos perbatasan yang menewaskan Sembilan polisi Myanmar oktober 2016
lalu.
Hubungan antar agama di Myanmar
adalah masalah yang kompleks. Warga muslim, terutama di rohingnya
dikonfrontasikan dengan rasa takut mendalam terhadap islam di masyarakat dan
Negara yang mayoritas warganya beragama budha. Warga yang fundamental mengklaim
bahwa kebudayaan budha serta masyarakat terdesak oleh warga muslim. Apalagi
Myanmar dikelilingi Negara – Negara yang mayoritas warganya beragama islam,
seperti Bangladesh, malasysia dan Indonesia. Warga rohingnya dianggap sebagai
ancaman terhadap gaya hidup dan kepercayaan budha.
Dalam praktek berbangsa dan
bernegara di Negara Indonesia, masyarakat Indonesia terbagi atas
lapisan-lapisan kelas sosial yang terbentuk dengan sendirinya dan sudah
seharusnya ada dalam struktur sosial masyarakat. Indonesia merupakan Negara
dengn masyarakat majemuk sehingga memunculkan keanekaragaman dalam berbagai
aspek yang juga menyebabkan adanya lapisan sosial yang beragam. Kemajemukan
yang terdapat di Indonesia, selain memperkaya juga berpotensi menimbulkan
konflik. Konflik yang dapat terjadi dalam dua macam yaitu konflik yang bersifat
ideologis dan konflik yang bersifat politis. Di konflik ideologis, konflik
tersebut muncul dalam perbedaan presepsi dari berbagai golongan masyarakat
dalam menyikapi suatu hal. Sementara di tingkat politis, konflik terjadi
disebabkan karena adanya pertentangan dalam pembagian sumber kekuasaan.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan konflik yang terdapat dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk di minimalisir dengan keadaan Indonesia yang
sudah merdeka. Merdekanya Indonesia secara tidak langsung juga menyatukan masyrakat
Indonesia yang tadinya bersifat ke daerahan. Struktur masyarkat Indonesia yang
majemuk memang memiliki potensi untuk kemunculan suatu konflik akan tetapi
tidak dapat di pungkiri sebgai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,
pasti membutuhkan keberadaan orang lain. Oleh karena itu, interaksi antar
individu, terlebih hubungan antar lapisan masyarakat saling bertoleransi sangat
dibutuhkan untuk menciptakan Indonesia yang damai dan jauh dari konflik yang
bisa memuat Indonesia terpecah belah karena perbedaan.
Contoh
Konflik di Indonesia
Konflik
Sosial Kasus Tegal dan Cilacap
konflik dapat bersifat tertutup, dapat pula
bersifat terbuka. Konflik berlangsung sejalan dengan dinamika masyarakat. Hanya
saja, terdapat katup-katup sosial yang dapat menangkal konflik secara dini,
sehingga tidak berkembang dan meluas. Namun ada pula factor di dalam masyarakat
yang mudah menyulut konflik menjadi berkobar sedemikian besar, sehingga
memporak porandakan rumah, harta benda lain dan mungkin juga penghuni sistem
sosial tersebut secara keseluruhan. Konflik antar desa di tegal (senin, 10 Juli
2000) dan konflik antar kampung cilacap (kamis, 6 Juli 2000) hanyalah merupakan
contoh betapa hal-hal yang bersifat sederhana ternyata dapat menjadi penyulut
timbulnya amuk dan kerusuhan masa yang melibatkan bukan hanya pihak-pihak yang
bertikai, melainkan juga seluruh desa.
Konflik
Anak-anak Yang Putus Sekolah di Karenakan Membantu Orang tuanya
Banyak anak usia wajib belajar yang
putus sekolah karena harus bekerja. Kondisi itu harus menjadi perhatian
pemerintah karena anak usia wajib belajar mesti menyelesaikan pendidikan
SD-SMP-SMA/SMK tanpa hambatan, termasuk persoalan biaya. Dan kebanyakan mereka
yang bekerja terjebak dengan berbagai jenis pekerjaan yang berakibat buruk terhadap
kesehatan fisik, mental emosional dan seksual. Awalnya membantu orang tua,
tetapi kemudian terjebak menjadi pekerjaan permanen, dan akibatnya mereka
sering bolos sekolah dan pada akhirnya putus sekolah.
Bagi anak-anak miskin, Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) saja belum cukup. Pemerintah dan sekolah juga mesti
memikirkan pemberian beasiswa tambahan untuk pembelian seragam dan alat tulis,
serta biaya transportasi dari rumah ke sekolah agar anak usia wajib belajar
tidak terbebani dengan biaya pendidikan.
Konflik
Indonesia dan Malaysia
Terdengar suatu yang biasa namun
sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia pasti dapat merasakan suatu
pemicu perang dingin yang dibuat oleh Indonesia, semua berasal dari Malaysia.
Mulai merebut ambalat, Malaysia mengklain kesenian reog ponorogo sebagai
kesenian asli Malaysia, Malaysia memasukan tari pendet dalam iklan
pariwisatanya, penganiayaan dan pembunuhan TKI, kasus manohara, dan pencurian
sumber daya alam baik pulau maupun lautan merupakan penyebab konflik kedua
Negara ini. Perhadangan dinas kelautan yang baru kali ini terjadipun telah
membuat panas hubungan kedua Negara, ditambah lagi pelemparan kotoran manusia
kegedung kedutaan besar Malaysia di Indonesia.
Konflik
5 Gereja di bakar oleh 10.000 masa di situ bondo karena adanya konflik yang di
sebabkan oleh kesalah pahaman.
2.4 Solusi Agar
Perbedaan Ini Tetap Harmonis
Sikap
Menghormati Keragaman Suku Bangsa
Bhineka Tunggal Ika merupakan
semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal
dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya dan daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia,
memiliki bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air
Indonesia. Begitu juga bendera merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan
kita bersatu padu dibawah falsafah dan dasar Negara Pancasila. Kita harus dapat
meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada
lingkungan kita, seperti gotong-royong akan dapat memudahkan tercapainya
persatuan dan kesatuan bangsa. Dapat mengembangkan sikap meghormati terhadap
keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari sifat dan sikap dalam kehidupan
sehari – hari, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan
bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah keluarga.
b. Antara
warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk
menyelesaikan suatu masalah dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Terdapat
kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
d. Dapat
saling pengertian antar suku
e. Menghilangkan
prasangka buruk antar suku
f. Timbulkan
lah rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
BAB 3
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kemajemukan asal katanya adalah
majemuk yang berarti atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan, sedangkan
kemajemukan berarti keanekaragaman. Dengan demikian kemajemukan agama, ras, dan
etnik dapat diartikan sebagai keanekaragaman agama, ras, budaya, daerah, dan
etnik.
Kemajemukan agama adalah hal yang
tidak bisa dihindari tertutama di Indonesia dan untuk menjaga hubungan yang
harmonis, setiap orang harus saling menghormati. Secara biologis konsep ras
selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik seseorang atau sekelomok orang
kedalam suatu kelompok tertentu yang secara genetic memiliki kesamaan fisik
seperti warna kulit, mata, rambu, hidung dan bentuk wajah. Perbedaan seperti
ini hanya mewakili factor tampilan luar.
Etnik adalah sekumpulan manusia yang
memiliki kesamaan ras, adat, agama, bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang
sama sehingga mereka memiliki keterikatan sosial sehingga mampu menciptakan sebuah
sistem budaya mereka sendiri dan terikat di dalamnya.
Saran
Nah teman-teman dengan adanya
perbedaan agama yang ada di kepulauan riau, kita harus tetap menjaga kerukunan
terhadap satu dengan yang lain karena kita semua warga Negara Indonesia yang
dimana Bhineka Tunggal Ika sebagai identitas Negara yang kita tercinta ini,
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dengan adanya perbedaan agama,
ras, suku, dan budaya tidak berarti kita harus bermusuhan antara satu dengan
yang lain tetapi dengan adanya perbedaan kita harus menghormati satu dengan
yang lain, saing melengkapi, hidup rukun, saling toleransi satu sama lain.
No comments:
Post a Comment